Herd immunity secara harafiah bisa diartikan sebagai kekebalan komunitas. Jadi, dalam satu komunitas, harus ada cukup banyak orang yang imun atau kebal terhadap suatu penyakit sehingga komunitas tersebut tidak lagi bisa diserang oleh suatu virus.
Virus apapun butuh inang atau tempat tinggal untuk bertahan hidup. Manusia maupun hewan bisa menjadi inangnya. Termasuk SARS-COV-2 yang merupakan virus penyebab COVID-19. Jika virus ini tidak bisa memasuki tubuh manusia, maka ia lama-kelamaan akan mati karena tidak bisa bertahan lama berada di udara terbuka.
Cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kekebalan pada banyak orang sekaligus adalah vaksinasi. Ambillah contoh vaksinasi polio. Ketika seseorang mendapatkan vaksin polio, tubuhnya membentuk kekebalan spesifik terhadap virus polio.
Suatu saat, ketika ada virus polio memasuki tubuh orang tersebut, sistem imun tubuhnya telah siap melawan virus polio, sehingga virus ini mati dan tidak sampai menyebabkan penyakit polio. Dengan begitu, virus juga tidak bisa menyebar ke orang lain.
Bayangkan bila dalam waktu yang bersamaan, hampir semua orang dalam suatu kelompok yang sama dengan orang tadi juga memiliki kekebalan terhadap virus polio. Tentunya kesempatan virus polio untuk menyebabkan penyakit dan menular menjadi sangat kecil.
Secara otomatis, kondisi ini juga dapat memberikan perlindungan kepada orang yang belum mendapatkan vaksin polio di kelompok tersebut, seperti bayi baru lahir dan ibu hamil, atau orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita AIDS dan orang yang sedang menjalani kemoterapi.
Selain dengan vaksin, kekebalan tubuh juga bisa didapatkan secara alami oleh orang-orang yang berhasil sembuh dari penyakit infeksi tertentu. Setelah pulih dari suatu penyakit infeksi, tubuh akan memiliki antibodi untuk melawan kuman penyebab infeksi tersebut bila suatu saat kuman ini menyerang kembali.
Jadi, semakin banyak orang yang terinfeksi dan sembuh, semakin banyak juga orang yang kebal dan herd immunity pun akan terbentuk. Namun, terbentuknya herd immunity secara alami ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan risikonya juga tidak kecil.
Institute Science Alert mencontohkan herd immunity pada kasus penyakit gondong. Gondong adalah penyakit sangat menular yang, meskipun relatif jinak, sangat tidak nyaman dan kadang-kadang menyebabkan komplikasi seumur hidup. Gondong dapat dicegah dengan vaksin yang sangat efektif dan membuat penyakit ini sangat langka di zaman modern.
Gondong memiliki tingkat reproduksi (R0) 10-12, yang berarti bahwa dalam populasi yang sepenuhnya rentan atau tidak ada yang kebal terhadap virus – setiap orang yang terinfeksi akan menularkan penyakit kepada 10-12 orang lainnya.
Tanpa vaksinasi, kira-kira 95 persen populasi terinfeksi dari waktu ke waktu. Bahkan dengan sesuatu yang sangat menular ini, masih ada beberapa orang – 5 persen dari populasi – yang tidak jatuh sakit, karena begitu semua orang kebal, tidak ada orang yang dapat terkena penyakit itu.
Jumlah orang kebal dapat ditingkatkan dengan vaksinasi, karena vaksinasi membuat orang kebal terhadap infeksi dan menghentikan orang yang terinfeksi menularkan penyakit kepada semua orang. Jika kita bisa mendapatkan cukup banyak orang yang kebal terhadap penyakit ini, maka penyakit akan berhenti menyebar dalam populasi.
Bisakah Herd Immunity Menekan Penyebaran COVID-19 di Indonesia ?
Hingga kini, belum ada vaksin untuk virus Corona. Para peneliti pun masih berusaha untuk mengembangkan vaksin tersebut. Jadi, pembentukan herd immunity melalui vaksinasi belum bisa dilakukan.
Sedangkan pembentukan herd immunity secara alami dengan membiarkan banyak orang terinfeksi virus Corona di Indonesia juga bukanlah cara yang bijak. Bagi suatu negara dengan lebih dari 300 juta jiwa seperti Indonesia, dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk mencapai herd immunity.
Bukan hanya itu. Karena COVID-19 dapat berakibat fatal, jumlah korban jiwa akibat infeksi ini akan sangat tinggi bahkan sebelum herd immunity tercapai. Belum lagi, tidak sedikit jumlah orang di Indonesia yang rentan terhadap infeksi virus Corona, misalnya lansia atau orang dengan penyakit penyerta, seperti penyakit paru atau diabetes.
Hal-hal itulah yang menyebabkan konsep herd immunity tidak bisa diharapkan untuk menyudahi pandemi COVID-19, sebelum ditemukannya vaksin untuk virus Corona.
*) Oleh Agung Nugroho, ketua Nasional Rekan Indonesia
Be the first to comment on "Yuks Mengenal HERD IMUNITY"