rekanindonesia.org. Politik selalu dicitrakan sebagai barang kotor. Soe Hok Gie mengatakan, politik adalah barang yang paling kotor, lumpur-lumpur yang kotor. Tapi, suatu saat ketika kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.
Kita tahu bahwa lumpur adalah tempat yang selalu dihindari. Bahkan anak kecil pun selalu dilarang main di lumpur. Kecuali beberapa orang terpaksa turun ke lumpur karena dibenturkan dengan kebutuhan hidup, mengandalkan nafkahnya dari lumpur seperti petani di sawah, tukang bata merah, tukang genteng, dan profesi yang berhubungan dengan lumpur. Nyemplung ke lumpur bagi sebagian orang dilakukan karena terpaksa.
Kondisi panggung politik terkini Indonesia menyuguhkan akrobat yang sangat berbahaya, membuat para penonton tegang bahkan tak mau lagi menonton pertunjukan tersebut, apalagi terlibat sebagai aktor. Sebagai contoh dapat kita lihat di media sosial begitu mudahnya mengkafirkan, menyalahkan, menuduh sesat, bahkan menyebar kabar hoaks sudah menjadi kebiasaan. Hal tersebut juga dilakukan oleh para elite dalam berbagai talkshow yang diselenggarakan di beberapa televisi nasional.
Jika melihat fenomena di atas, politik sangat jauh dari rasa kemanusiaan. Kita dapat melihat fenomena di mana manusia memakan saudaranya sendiri. Padahal seharusnya politik merupakan alat untuk mengabdi pada kemanusiaan, bukan menghamba pada kekuasaan. Meminjam pendapat Aristoteles bahwa politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama, bukan malah memperkeruh suasana.
Namun, kita tidak perlu risau dengan politik dan menjadi apolitis. Karena beberapa pemimpin dunia seperti Gandhi dari India dan Nelson Mandela dari Afrika Selatan dapat mengubah wajah bengis politik menjadi manis. Bahwa politik tidak sepenuhnya kotor, politik tidak sepenuhnya jahat, dan politik juga dapat memanusiakan manusia.
Di Indonesia sendiri kita mengenal sosok KH. Abdurrahman Wahid dengan sapaan akrab Gus Dur. Gus Dur merupakan politisi ulung, kiprahnya tidak dapat diragukan lagi terutama sejak tumbangnya rezim Orde Baru. Gus Dur turut serta mendirikan partai politik yang mengantarkannya hingga ke singgasana orang nomor satu di Indonesia.
‘Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan’ sebuah quote atau kutipan dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang seringkali muncul dimana-mana. Gus Dur juga dikenal sebagai bapak bangsa yang gigih dan konsisten dalam memperjuangkan kemanusiaan, membela kaum minoritas, dan menentang segala bentuk penindasan di muka bumi.
Pandemi Covid-19, yang membawa kita ke dalam situasi krisis, haruslah menjadi momen untuk terus mengasah rasa kemanusiaan. Hadirnya Covid-19 telah memperparah ketidakberdayaan masyarakat kecil. Struktur masyarakat yang sebelumnya sudah timpang kini semakin kentara.
Tanpa rasa kemanusiaan, membantu mereka yang lemah, hanya akan menjadi jargon. Jika dalam upaya mencapai kesejahteraan di kondisi normal saja kita tidak mungkin meninggalkan nilai kemanusiaan. Apalagi di kondisi krisis seperti saat ini.
Perspektif dan mindset kesehatan semesta, yang dapat menenangkan jiwa dan raga semua warga bangsa, terutama warga desa harus terus ditengahkan dan terus dibicarakan agar terus menjadi prioritas dalam membendung lonjakan pandemi Covid-19.
Memang tidak untuk mudah membicarakan kesehatan semesta, padahal jika tidak paham betul terkait perspektif dan mindset kesehatan semesta, akan meminalisir angka kematian penderita Covid-19 hanya karena jiwa-jiwa mereka, mental-mental mereka dibuat ngedrop memikirkan dengan sangat mendalam ketidak pastian melonjaknya pandemi Covid-19 saat itu. Padahal faktor kesehatan mental tidak kalah pentingnya dengan kesehatan badan (raga).
Sudah saatnya, sebagai warga kita harus mereview kembali, apa-apa yang sudah menjadi praktik-praktik baik yang telah dilakukan oleh warga. Ternyata warga, merupakan salah satu entitas yang hingga saat ini mampu bertahan di era pandemi Covid-19, karena warga masih memegang teguh agama dan budaya sebagai panglima. Agama dan budaya inilah yang mensyaratkan warga untuk saling bergotong royong.
Gotong royong membentuk tiga puncak pola relasi warga. Puncak pola relasi dalam bidang sosial adalah kekelurgaan. Dan Puncak pola relasi dalam bidang ekonomi adalah kerja sama. Terakhir puncak pola relasi dalam bidang politik adalah musyawarah. Tiga puncak pola relasi warga inilah yang membentuk karakter warga memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi jauh.
Be the first to comment on "Yang Lebih Penting Dari Politik Adalah Kemanusiaan"