rekanindonesia.org, Jakarta – Selama dekade terakhir, dunia telah menyaksikan peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam penggunaan terapi antiretroviral (ART), yang telah menyelamatkan nyawa puluhan juta orang yang hidup dengan HIV/AIDS. Pada akhir tahun 2020, 27,5 juta orang menerima ART secara global, dari sekitar 37,7 juta orang yang hidup dengan HIV.
Peningkatan penggunaan obat-obatan HIV telah disertai dengan munculnya resistensi obat HIV, yang tingkatnya terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Demikian disampaikan oleh Andi Wijaya, Sekretaris Nasional Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia, sore ini (30/11) kepada redaksi rekanindonesia.org.
Resistensi obat HIV menurut Andi Wijaya, disebabkan oleh perubahan struktur genetik HIV yang mempengaruhi kemampuan obat untuk memblokir replikasi virus. Semua obat antiretroviral, termasuk obat dari kelas obat yang lebih baru, berisiko menjadi tidak aktif sebagian atau seluruhnya karena munculnya virus yang resistan terhadap obat.
“Jika tidak dicegah, resistensi obat HIV dapat membahayakan kemanjuran obat yang digunakan untuk mengobati HIV, yang mengakibatkan peningkatan jumlah infeksi HIV dan morbiditas dan mortalitas terkait HIV.” ujar Andi Wijaya yang karab dipanggil Adjie.
Andi menambahkan, laporan WHO terkait resistensi obat HIV 2021 merangkum temuan dari 38 negara yang telah menyelesaikan survei pada saat laporan ini dibuat dan berbagi data dengan WHO. HIV drug resistance (HIVDR0) pra pengobatan terhadap penghambat transkriptase balik non-nukleosida (NNRTI) dapat mempengaruhi lebih dari 10% orang dewasa yang memulai terapi dan ditemukan hingga 3 kali lebih sering pada orang yang sebelumnya pernah terpapar obat antiretroviral.
“Untuk itu kami (Rekan Indonesia-red) meminta pemerintah dalam hal ini kemkes agar secara rutin melaksanakan survei HIVDR yang representatif secara nasional, termasuk orang dewasa, anak-anak dan remaja.” pinta Andi
Apalagi menurut WHO, hampir setengah dari bayi yang baru didiagnosis dengan HIV memiliki HIVDR ke NNRTI sebelum memulai pengobatan. Tingginya tingkat HIVDR pra-perawatan NNRTI yang diamati di antara mereka menekankan perlunya mempercepat transisi ke ART berbasis dolutegravir yang direkomendasikan WHO .
Be the first to comment on "Hari HIV/AIDS Sedunia, Rekan Indonesia Minta Kemkes Waspada Terhadap HIVDR"