Jakarta – Hari ini keluarga besar Rekan Indonesia berduka atas berpulangnya kader dan anggota serta mantan ketua KPW Rekan Indonesia Jatim. Kader dan anggota yang ulet, militan dan tidak kenal lelah dalam memperjuangkan hak rakyat yang selalu dirampas oleh kekuasaan. Kader dan anggota yang meski keras kepala dan kadang agak sembrono dalam menganalisa situasi kondisi, namun itu tak lepas karena semangatnya untuk memperjuangkan hak rakyat.
Daniel Arisandi, orang yang kuat tekad, hasrat dan semangatnya dalam perjuangan. Di Kediri, hampir tidak ada yang tidak mengenalnya, karena dirinya aktif disetiap unjuk rasa yang membawa isu isu kerakyatan.
April 2014, di Desa Sempu, kaki gunung Kelud adalah awal pertemuan dengan Daniel. Di kaki gunung Kelud yang dingin itu kami (Daniel, saya, dan donald haipon ketua KPW Papua saat itu, Bang Gopes pengurus KPD Jakpus) mendiskusikan persiapan pembentukan KPW Jatim esok harinya sekaligus melakukan unjuk rasa ke kantor bupati Kediri bersama warga kaki gunung Kelud yang merasakan minimnya akses pelayanan kesehatan di kaki gunung Kelud khususnya dan di Kediri pada umumnya. Hasil perjuangan itu berhasil memaksa pemerintah kabupaten Kediri untuk membuka layanan 24 Jam di puskesmas kecamatan. Hasil itu membuat Daniel semakin semangat dan memantapkan dirinya untuk berjuang di isu isu kemanusiaan.
Rekan Indonesia Kediri saat itu dengan pesat mengalami kemajuan dan satu satunya organisasi yang berjuang membawa isu isu hak jaminan kesehatan dan pelayanan kesehatan.
3 Tahun berjalan, dinamika organisasi semakin kuat. Nama besar Daniel dan Rekan Indonesia mendorong beberapa orang politisi di Kediri mencoba memanfaatkan Rekan Indonesia demi kepentingan politiknya.
Pernah satu malam kami terlibat diskusi panjang bagaimana mensiasati kondisi tersebut dan menghindarkan organisasi dari kepentingan politik pragmatis kekuasaan semata. Dan Daniel dengan piawai menjalankan apa yang kami diskusikan. Sehingga Rekan Indonesia tidak terseret ke dalam kepentingan politik pragmatis tersebut.
Satu satunya kelemahan Daniel adalah lemah dalam hal administrasi organisasi. Pencatatan dan dokumentasi organisasi tidak tertata dengan baik. Hal ini juga lah yang membuat organisasi di tahun 2019 mengalami konflik terkait persoalan administrasi. Banyak kader dan anggota Rekan Indonesia di Jatim mengeluhkan hal tersebut.
2019 konflik semakin tajam, ditambah lagi masuknya tendensi orang orang yang ingin sekali lagi akan memanfaatkan Rekan Indonesia demi kepentingan politik pragmatisnya pada pemilu 2019. Dan ditengah posisi Daniel yang juga sedang memiliki masalah subyektifnya, membuat konflik semakin menajam. Hingga akhirnya organisasi memutuskan untuk melakukan restrukturisasi organisasi.
Pasca restrukturisasi KPW Jatim, Daniel tidak lagi berkoordinasi. Ketua baru KPW Jatim Ahadian Dicky Prasetyo berulang kali mencoba untuk mengkoordinasikan Daniel namun tidak menemui hasil. Meski sudah dijelaskan bahwa restrukturisasi tidaklah menghilangkan status keanggotaan Daniel sebagai anggota Rekan Indonesia.
Daniel dengan watak keras kepalanya tidak merespon ajakan organisasi untuk berkoordinasi, sementara organisasi di Jatim harus segera konsolidasi pasca restrukturisasi. Kunci hidupnya organisasi adalah konsolidasi. Sekecil apapun konsolidasi ialah ruh bagi organisasi.
Mungkin Daniel sedang menjalankan apa yang diucapkan oleh Che Guevara . “Diam adalah argumen yang dilakukan dengan cara lain.” Demi menghargai itu maka pengurus KPW Jatim yang baru menjalankan konsolidasi tanpa mengikutsertakan Daniel. Pelan tapi pasti, setahap demi setahap Rekan Indonesia Jatim dapat menyelesaikan konsolidasi dan tengah berada dalam posisi bangkit dalam pengembangan dan perluasan organisasi di Jatim. Kembali pada track gelora dan semangat yang telah ditularkan Daniel kepada kader dan anggota Rekan Indonesia yang saat ini menjadi penerus estafet Daniel di Jatim.
Meski kini Daniel telah pergi untuk selamanya, namun para kader dan anggota Rekan Indonesia di Jatim pasti akan membuat Daniel tersenyum, bahwa apa yang dirintisnya masih terus berlanjut dan berjalan. Seperti yang sering Daniel tuliskan tentang ucapan Che Guevara “selama masih ada satu tangan yang menyambut seruan perjuangan, maka perjuangan itu tidak akan pernah padam”.
Selamat Jalan Bung Daniel… Kami semua menundukan kepala untukmu… dan sebagai penghormatan terakhir kami, ijinkan kami mengiringi kepergianmu dengan puisi dari penyair terkenal Khalil Gibran…
INDAHNYA KEMATIAN
Biarkan aku terbaring dalam lelapku, kerana jiwa ini telah dirasuki cinta, dan biarkan daku istirahat, kerana batin ini memiliki segala kekayaan malam dan siang.
Nyalakan lilin-lilin dan bakarlah dupa nan mewangi di sekeliling ranjang ini, dan taburi tubuh ini dengan wangian melati serta mawar.
Minyakilah rambut ini dengan puspa dupa dan olesi kaki-kaki ini dengan wangian, dan bacalah isyarat kematian yang telah tertulis jelas di dahi ini.
Biarku istirahat di ranjang ini, kerana kedua bola mata ini telah teramat lelahnya;
Biar sajak-sajak bersalut perak bergetaran dan menyejukkan jiwaku;
Terbangkan dawai-dawai harpa dan singkapkan tabir lara hatiku.
Nyanyikanlah masa-masa lalu seperti engkau memandang fajar harapan dalam mataku, kerana makna ghaibnya begitu lembut bagai ranjang kapas tempat hatiku berbaring.
Hapuslah air matamu, saudaraku, dan tegakkanlah kepalamu seperti bunga-bunga menyemai jari-jemarinya menyambut mahkota fajar pagi.
Lihatlah Kematian berdiri bagai kolom-kolom cahaya antara ranjangku dengan jarak infiniti;
Tahanlah nafasmu dan dengarkan kibaran kepak sayap-sayapnya.
Dekatilah aku, dan ucapkanlah selamat tinggal buatku. Ciumlah mataku dengan seulas senyummu.
Biarkan anak-anak merentang tangan-tangan mungilnya buatku dengan kelembutan jemari merah jambu mereka;
Biarkanlah Masa meletakkan tangan lembutnya di dahiku dan memberkatiku;
Biarkanlah perawan-perawan mendekati dan melihat bayangan Tuhan dalam mataku, dan mendengar Gema Iradat-Nya berlarian dengan nafasku….
~ Kahlil Gibran ~
Salam hormat untukmu
Agung Nugroho
Ketua Nasional Rekan Indonesia
Selamat jalan bung, tuntas sudah perjuanganmu